Kenali Gejala Penyakit Herpes
|Herpes adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus herpes. Herpes adalah penyakit yang sangat umum dialami. Siapapun bisa terinfeksi oleh virus herpes. Diperkirakan 50% pengidapnya tertular dari kontak dengan orang lain yang terinfeksi. Orang dewasa yang aktif secara seksual kerap terjangkit penyakit herpes yang menyerang kelamin. Selain itu, orang yang memiliki kondisi kekebalan tubuh yang lemah juga berisiko tinggi terinfeksi virus herpes.
Terdapat delapan jenis virus herpes yang bisa menimbulkan penyakit, yaitu:
- Herpes simplex tipe I (HSV-1): dikenal dengan herpes oral yang bisa menyebabkan luka dan benjolan melepuh di sekitar bibir serta wajah.
- Herpes simplex tipe II (HSV-2): termasuk ke dalam golongan herpes genital (kelamin) dan biasanya muncul di kelamin bagian luar serta daerah sekitar anus.
- Varicella zoster (VZV): penyebab cacar air dan herpes zoster (cacar api) yang menyerang orang yang pernah terkena cacar air.
- Epstein-Barr virus (EBV): menyerang limfosit T dalam tubuh sehingga menyebabkan penyakit mononukleosis atau demam kelenjar.
- Cytomegalovirus (HHV 5), HHV 6, HHV 7: infeksi virusnya bisa berlangsung lama dan membahayakan orang dengan imunitas lemah seperti penderita HIV atau yang melakukan transplantasi organ.
- Kaposi’s sarcoma herpesvirus (HHV 8): infeksi virusnya memicu pertumbuhan sel kanker di sekitar pembuluh darah dan limfa dikenal juga dengan penyakit sarkoma kaposi.
Di antara sekian banyak virus herpes, herpes simpleks dan herpes zoster merupakan dua penyakit yang paling banyak angka kejadiannya. Penyakit herpes termasuk dalam penyakit jangka panjang. Virusnya bisa bertahan seumur hidup di dalam tubuh seseorang.
Semua orang memiliki risiko terkena virus herpes simpleks, dari mulai anak-anak hingga dewasa. Namun, dalam kasus HSV-2 yang menyerang kelamin akan lebih mudah menginfeksi orang-orang yang tidak menerapkan hubungan intim yang aman. Berbagai faktor risiko HSV-2, seperti:
- Berjenis kelamin perempuan.
- Memiliki pasangan seks lebih dari satu.
- Berhubungan intim di usia yang sangat muda.
- Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
- Memiliki penyakit kelamin yang lain.
Semua orang yang pernah mengalami cacar air dapat terkena herpes zoster. Ada berbagai faktor lain yang meningkatkan risiko seseorang terkena herpes zoster, yaitu:
- Berusia lebih dari 50 tahun.
- Memiliki penyakit tertentu yang melemahkan sistem imun, seperti HIV/AIDS dan kanker.
- Sedang menjalani perawatan kanker, seperti radiasi dan kemoterapi yang dapat menurunkan kekebalan tubuh terhadap penyakit.
- Mengonsumsi obat-obatan yang dirancang untuk mencegah penolakan terhadap organ transplantasi, misalnya penggunaan steroid yang berkepanjangan.
Penyebab herpes adalah virus herpes simpleks tipe I dan II. Kedua virus tersebut termasuk dalam virus herpes hominis yang digolongkan ke dalam virus DNA. Penularan infeksi herpes juga bisa terjadi melalui kontak langsung, yakni kulit dengan kulit pengidap yang terinfeksi.
Sejak seseorang terkena virus herpes, misalnya akibat hubungan intim yang kurang aman, hingga muncul gejala (masa inkubasi) memakan waktu 3-7 hari. Gejala dan perjalanan penyakit dapat dibagi ke dalam beberapa fase, yaitu:
1. Fase Infeksi Primer
Gejala awal yang dijumpai berupa bintil berwarna putih tampak berisi air atau disebut sebagai vesikel. Bintik ini berkelompok di atas kulit yang sembab dan kemerahan (eritematosa). Awalnya vesikel tersebut tampak putih, tetapi lama-kelamaan berisi nanah (pus) berwarna hijau. Kadang-kadang dapat ditemukan juga bintil yang telah pecah, sehingga penampakan, seperti “sariawan” pada kulit. Fase infeksi primer terjadi selama kira-kira 3 minggu dan sering disertai gejala lainnya, seperti demam, lemas, mual, muntah, dan dapat juga ditemukan pembesaran kelenjar di lipat paha atau di sekitar leher. Tempat yang sering diserang virus herpes simpleks tipe I adalah daerah pinggang ke atas terutama daerah mulut dan hidung. Infeksi herpes simpleks tipe I ini sering disebut sebagai cold sores. Infeksi ini juga dapat menyerang dinding mukosa mulut dan memberikan tampilan seperti sariawan.
Infeksi oleh herpes simpleks tipe I sering dijumpai pada usia anak-anak. Penularan penyakit ini biasanya terjadi secara tidak sengaja, seperti saat anak kontak kulit dengan benda yang terkontaminasi virus herpes, kontak di dokter gigi, kebiasaan menggigit jari, ataupun sentuhan langsung dengan kulit yang mengalami infeksi. Virus herpes simpleks tipe I ini juga dapat menyebabkan peradangan otak yang disebut herpes ensefalitis. Gejalanya adalah panas tinggi, penurunan kesadaran, dan kejang.
Sedangkan tempat yang sering diserang virus herpes simpleks tipe II adalah daerah genitalia (organ kelamin). Namun, dapat pula mengenai anggota tubuh bagian lainnya, termasuk wajah, pada perilaku seksual yang tidak wajar. Virus herpes simpleks tipe II ini juga dapat menyebabkan peradangan otak, terutama pada bayi-bayi yang lahir pada ibu yang sedang mengalami infeksi herpes pada organ genitalianya.
2. Fase Laten
Saat gejala membaik, ini bukan berarti virus herpes telah mati. Virus tersebut “beristirahat” di dalam sel saraf ganglion dorsalis (saraf tulang belakang) manusia. Penularan penyakit herpes pada pengidap yang berada pada fase ini pun nyatanya masih dapat terjadi akibat pelepasan virus terus berlangsung, meskipun dalam jumlah sedikit. Dengan demikian, bisa saja seseorang terkena infeksi herpes dari pasangannya yang dari penampilan fisik tampak sehat-sehat saja.
3. Fase Infeksi Rekuren
Virus yang beristirahat pada fase laten suatu saat dapat aktif kembali. Faktor-faktor atau kondisi-kondisi yang dapat mengaktifkan infeksi tersebut, antara lain:
- Trauma fisik, seperti demam, infeksi oleh penyakit lain, penyakit HIV/AIDS, hubungan intim, kurang istirahat, menstruasi, dan sebagainya.
- Trauma psikis, seperti gangguan emosional dan depresi.
- Penggunaan obat-obatan dan terapi kanker.
Gejala yang timbul umumnya lebih ringan dibanding infeksi primer dan berlangsung lebih sebentar, yakni 7-10 hari. Kelainan kulit dapat timbul pada tempat yang sama (loco) atau pada tempat baru di sekitarnya (non-loco). Sebelum munculnya kelainan kulit, pengidap dapat merasakan beberapa gejala pendahuluan (prodromal), seperti rasa panas, gatal, dan nyeri di daerah kulit tersebut.
Selain gejala khas untuk setiap fase di atas, terdapat beberapa gejala tambahan lainnya, yakni:
- Pada pengidap wanita, gejalanya dapat terjadi disuria atau rasa nyeri saat buang air kecil.
- Keputihan.
- Gejala neuropati, meliputi susah buang air kecil, konstipasi (sembelit), ataupun hilang sensasi pada kulit.
Jika kamu mengalami gejala seperti yang sudah dijelaskan diatas, kamu harus berkonsultasi dengan dokter. Nantinya dokter akan memberikan obat-obatan antivirus untuk bisa mengurangi komplikasi akibat herpes. Khusus ibu hamil, apabila sedang atau pernah mengidap herpes genital, sangat wajib berkonsultasi dengan dokter. Virus herpes ditakutkan dapat menular dari ibu kepada bayi selama proses persalinan, terutama ketika sedang infeksi aktif, karena dapat menyebabkan komplikasi yang berbahaya bagi bayi.
Untuk membantu penyembuhan herpes, kamu juga dapat mengonsumsi Herbal Tetes Haseda. Haseda merupakan produk herbal inovasi anak bangsa yang diproses menggunakan bio teknologi terpadu selama 9-12 bulan. Haseda memiliki komposisi 42 jenis sari buah dan sayur yang memiliki banyak manfaat, seperti memperbaiki metabolisme tubuh, memperbaiki peredaran darah dan suplai oksigen, mengoptimalkan penyerapan nutrisi, detoksifikasi dan regenerasi sel, meningkatkan daya tahan tubuh, memperbaiki fungsi saraf, serta meningkatkan stamina, kesegaran, dan gairah.
Konsumsi Haseda 7 tetes di ¼ gelas air putih 3x sehari. Haseda juga dapat dioleskan pada kulit yang mengalami luka herpes.
Untuk layanan konsultasi dan penjualan, silakan hubungi 0813 6210 1818 .
Facebook : https://www.facebook.com/amanahberkah1919
Instagram Haseda : https://www.instagram.com/hasedaindonesiaofficial/
Instagram Herba Kencana : https://www.instagram.com/herbakencanaofficial/
Youtube : https://www.youtube.com/channel/UCMYd4NTlS0wzwgNaPTRtKZw